A.1 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
- UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
- UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
A.2 Pengertian Akuntansi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan hak atas bumi dan bangunan yang ada di atasnya yang nilainya di atas nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP). Jadinya intinya pajak bumi dan bangunan ini dikenakan kepada semua wajib pajak yang mempunyai hak atas objek pajak bumi dan bangunan yang ada di atasnya. Pajak bumi dan bangunan berbeda dengan pajak-pajak lainnya, karena salah satu penyebabnya adalah system yang dipakai masih cenderung pada official assessment, artinya semua hal yang kaitannya dengan penentuan besarnya pajak bumi dan bangunan yang harus dibayar adalah pihak petugas pajak (fiskus). Hal ini yang membedakan pajak bumi dan bangunan dengan penghasilan (PPh) yang cenderung pada system self assessment.
Akuntansi dipakai oleh perusahaan untuk mencatat pengeluaran perusahaan dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Proses pencatatan pengeluaran pajak bumi dan bangunan ini lebih sederhana dibandingkan dengan pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai, karena pajak bumi bumi dan bangunan ini dibayar setahun sekali. Hal ini mempermudah perusahaan mencatat transaksi ini setahun sekali.
Menurut undang-undang PPh disebutkan bahwa pajak merupakan salah satu pengeluaran yang dapat mengurangi penghasilan bruto kecuali pajak penghasilan. Oleh karena itu pengeluaran ini akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:
Biaya Pajak Bumi & Bangunan xxx
Kas xxx
(Mencatat pengeluaran untuk pajak bumi dan bangunan)
Sebelum dibahas panjang lebar mengenai PBB, lebih baik kita ketahui mengenai beberapa pengertian kaitannya dengan PBB.
1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya;
2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan;
3. Nilai Jual Obyek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak Pengganti;
4. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang ini;
5. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang kepada wajib pajak
B. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Berdasarkan UU No 12 tahun 1985 pasal 1A menyebutkan objek pajak bumi dan bangunan hádala tentu saja bumi dan/ bangunan. Namur dalam hal ini bumi dan bangunan yang seperti apa. Di dalam Peraturan Menteri keuangan dijelaskan bahwa Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak terhutang.
Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikanfaktor- faktor sebagai berikut:
1 Letak
2 Perutukan
3 Pemanfaatan
4 Kondisi Lingkungan
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1 Bahan yang Digunakan
2 Rekayasa
3 Letak Kondisi Liingkungan dan Lain-lain
C. Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Selain bumi dan bangunan di atas, ada beberapa objek pajak yang dikecualikan, diantaranya adalah:
1. Objek pajak yang digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. Yang dimaksud dengan tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan adalah bahwa objek pajak itu diusahakan untuk melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan untuk mencarikeuntungan. Halini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasardan anggaran rumah tangga dari yayasan/badan yang bergerak dalam bidang ibadah,sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional tersebut. Termasukpengertian ini adalah hutan wisata milik Negara sesuai Pasal 2 Undang-undangNomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan. Contoh:
- pesantren atau sejenis denganitu;
- madrasah;
- tanah wakaf;
- rumah sakit umum.
2. Objek pajak yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;
3. Objek pajak yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum di bebani suatu hak;
4. Objek pajak yang digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
D. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang menjadi subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Subyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut Undang-undang ini.
Dalam hal atas suatu obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai wajib pajak. Subyek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap obyek pajak dimaksud
Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui
E. Tarif, Dasar, dan Cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Tarif pajak bumi dan bangunan adalah 0,5 % dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya Nilai Jual Obyek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya. Sedangkan Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) dari nilai jual obyek pajak. Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional
Cara menghitung pajak dan bangunan adalah sebagai berikut : PBB = 0,5 % X NJKP
PBB = 0,5 % X (Prosentase tertentu X DPP)
PBB = 0,5 % X [Presentase tertentu X (NJOP –NJOPTKP)]
Contoh:
PT. ABC mempunyai satu bidang tanah seluas 100 M2 dengan NJOP sebesar Rp 1 juta/M2. Jika prosentase NJKP tanah tersebut adalah sebesar 20% dan NJOPTKP sebesar Rp 10 juta. Berapakah besarnya Pajak Bumi dan bangunan yang harus di bayar oleh WP A?
Jawab :
NJOP : 100 M2 X Rp 1 juta/M2 : Rp 100 Juta PBB = 0,5 % X [20% X (100 Juta – 10 Juta)]
PBB = 0,5 % X (20% X 90 Juta) PBB = 0,5 % X 18 Juta
PBB = Rp 90.000,-
Jadi besarnya pajak bumi dan bangunan yang harus dibayar adalah sebesar Rp 90.000,-
PT. ABC akan mencatat:
Biaya Pajak Bumi & Bangunan 90,000
Kas 90,000
(Mencatat pengeluaran untuk pajak bumi dan bangunan)
F. Klasifikasi Bumi dan Bangunan Serta Penerapannya dalam Menghitung PBB
Untuk memudahkan penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terutang atas suatu objek pajak berupa tanah (bumi) dan atau bangunan perlu diketahui pengelompokan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Pengelompokan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut lazim disebut dengan klasifikasi tanah (bumi) dan bangunan.
Pengklasifikasian ini mempermudah wajib pajak untuk menghitung besarnya NJOP dan NJOPTKP maisng-masing objek pajak. Nilai NJOP dan NJOPTKP masing-masing objek pajak ini dipengaruhi oleh letak daerah dan letak tanah itu sendiri. Daerah tertentu kemungkinan akan memiliki nilai NJOP dan NJOPTKP yang berbeda dengan daerah lain. Berikut ini disajikan penggolongan nilai NJOP dan NJOPTKP berdasarkan klas masing-masing objek pajak sebagai berikut:
I. Klasifikasi, Penggolongan Dan Ketentuan Nilai Jual Bumi Kelompok A.
Klas
Penggolongan
|
Nilai Jual Permukaan Bumi
(Tanah)
|
Nilai
Jual
(Rp/M2)
|
|||
1
|
>
|
3.000.000
|
s/d
|
3.200.000
|
3.100.000
|
2
|
>
|
2.850.000
|
s/d
|
3.000.000
|
2.925.000
|
3
|
>
|
2.708.000
|
s/d
|
2.850.000
|
2.779.000
|
4
|
>
|
2.573.000
|
s/d
|
2.708.000
|
2.640.000
|
5
|
>
|
2.444.000
|
s/d
|
2.573.000
|
2.508.000
|
6
|
>
|
2.261.000
|
s/d
|
2.444.000
|
2.352.000
|
7
|
>
|
2.091.000
|
s/d
|
2.261.000
|
2.176.000
|
8
|
>
|
1.934.000
|
s/d
|
2.091.000
|
2.013.000
|
9
|
>
|
1.789.000
|
s/d
|
1.934.000
|
1.862.000
|
10
|
>
|
1.655.000
|
s/d
|
1.789.000
|
1.722.000
|
11
|
>
|
1.490.000
|
s/d
|
1.655.000
|
1.573.000
|
12
|
>
|
1.341.000
|
s/d
|
1.490.000
|
1.416.000
|
13
|
>
|
1.207.000
|
s/d
|
1.341.000
|
1.274.000
|
14
|
>
|
1.086.000
|
s/d
|
1.207.000
|
1.147.000
|
15
|
>
|
977.000
|
s/d
|
1.086.000
|
1.032.000
|
16
|
>
|
855.000
|
s/d
|
977.000
|
916.000
|
17
|
>
|
748.000
|
s/d
|
855.000
|
802.000
|
18
|
>
|
655.000
|
s/d
|
748.000
|
702.000
|
19
|
>
|
573.000
|
s/d
|
655.000
|
614.000
|
20
|
>
|
501.000
|
s/d
|
573.000
|
537.000
|
21
|
>
|
426.000
|
s/d
|
501.000
|
464.000
|
22
|
>
|
362.000
|
s/d
|
426.000
|
394.000
|
23
|
>
|
308.000
|
s/d
|
362.000
|
335.000
|
24
|
>
|
262.000
|
s/d
|
308.000
|
285.000
|
25
|
>
|
223.000
|
s/d
|
262.000
|
243.000
|
26
|
>
|
178.000
|
s/d
|
223.000
|
200.000
|
27
|
>
|
142.000
|
s/d
|
178.000
|
160.000
|
28
|
>
|
114.000
|
s/d
|
142.000
|
128.000
|
29
|
>
|
91.000
|
s/d
|
114.000
|
103.000
|
30
|
>
|
73.000
|
s/d
|
91.000
|
82.000
|
31
|
>
|
55.000
|
s/d
|
73.000
|
64.000
|
32
|
>
|
41.000
|
s/d
|
55.000
|
48.000
|
33
|
>
|
31.000
|
s/d
|
41.000
|
36.000
|
34
|
>
|
23.000
|
s/d
|
31.000
|
27.000
|
35
|
>
|
17.000
|
s/d
|
23.000
|
20.000
|
36
|
>
|
12.000
|
s/d
|
17.000
|
14.000
|
37
|
>
|
8.400
|
s/d
|
12.000
|
10.000
|
38
|
>
|
5.900
|
s/d
|
8.400
|
7.150
|
39
|
>
|
4.100
|
s/d
|
5.900
|
5.000
|
40
|
>
|
2.900
|
s/d
|
4.100
|
3.500
|
41
|
>
|
2.000
|
s/d
|
2.900
|
2.450
|
42
|
>
|
1.400
|
s/d
|
2.000
|
1.700
|
43
|
>
|
1.050
|
s/d
|
1.400
|
1.200
|
44
|
>
|
760
|
s/d
|
1.050
|
910
|
45
|
>
|
550
|
s/d
|
760
|
660
|
46
|
>
|
410
|
s/d
|
550
|
480
|
47
|
>
|
310
|
s/d
|
410
|
350
|
48
|
>
|
240
|
s/d
|
310
|
270
|
49
|
>
|
170
|
s/d
|
240
|
200
|
50
|
>
|
170
|
|
|
140
|
Klas
Penggolongan
|
Nilai Jual Permukaan Bumi
(Tanah)
|
Nilai
Jual
(Rp/M2)
|
|||
1
|
>
|
67,390,000
|
s/d
|
69,700,000
|
68,545,000
|
2
|
>
|
65,120,000
|
s/d
|
67,390,000
|
66,255,000
|
3
|
>
|
62,890,000
|
s/d
|
65,120,000
|
64,000,000
|
4
|
>
|
60,700,000
|
s/d
|
62,890,000
|
61,795,000
|
5
|
>
|
58,550,000
|
s/d
|
60,700,000
|
59,625,000
|
6
|
>
|
56,440,000
|
s/d
|
58,550,000
|
57,495,000
|
7
|
>
|
54,370,000
|
s/d
|
56,440,000
|
55,405,000
|
8
|
>
|
52,340,000
|
s/d
|
54,370,000
|
53,355,000
|
9
|
>
|
50,350,000
|
s/d
|
52,340,000
|
51,345,000
|
10
|
>
|
48,400,000
|
s/d
|
50,350,000
|
49,375,000
|
11
|
>
|
46,490,000
|
s/d
|
48,400,000
|
47,445,000
|
12
|
>
|
44,620,000
|
s/d
|
46,490,000
|
45,555,000
|
13
|
>
|
42,790,000
|
s/d
|
44,620,000
|
43,705,000
|
14
|
>
|
41,000,000
|
s/d
|
42,790,000
|
41,895,000
|
15
|
>
|
39,250,000
|
s/d
|
41,000,000
|
40,125,000
|
16
|
>
|
37,540,000
|
s/d
|
39,250,000
|
38,395,000
|
17
|
>
|
35,870,000
|
s/d
|
37,540,000
|
36,705,000
|
18
|
>
|
34,240,000
|
s/d
|
35,870,000
|
35,055,000
|
19
|
>
|
32,650,000
|
s/d
|
34,240,000
|
33,445,000
|
20
|
>
|
31,100,000
|
s/d
|
32,650,000
|
31,875,000
|
21
|
>
|
29,590,000
|
s/d
|
31,100,000
|
30,345,000
|
22
|
>
|
28,120,000
|
s/d
|
29,590,000
|
28,855,000
|
23
|
>
|
26,690,000
|
s/d
|
28,120,000
|
27,405,000
|
24
|
>
|
25,300,000
|
s/d
|
26,690,000
|
25,995,000
|
25
|
>
|
23,950,000
|
s/d
|
25,300,000
|
24,625,000
|
26
|
>
|
22,640,000
|
s/d
|
23,950,000
|
23,295,000
|
27
|
>
|
21,370,000
|
s/d
|
22,640,000
|
22,005,000
|
28
|
>
|
20,140,000
|
s/d
|
21,370,000
|
20,755,000
|
29
|
>
|
18,950,000
|
s/d
|
20,140,000
|
19,545,000
|
30
|
>
|
17,800,000
|
s/d
|
18,950,000
|
18,375,000
|
31
|
>
|
16,690,000
|
s/d
|
17,800,000
|
17,245,000
|
32
|
>
|
15,620,000
|
s/d
|
16,690,000
|
16,155,000
|
33
|
>
|
14,590,000
|
s/d
|
15,620,000
|
15,105,000
|
34
|
>
|
13,600,000
|
s/d
|
14,590,000
|
14,095,000
|
35
|
>
|
12,650,000
|
s/d
|
13,600,000
|
13,125,000
|
36
|
>
|
11,740,000
|
s/d
|
12,650,000
|
12,195,000
|
37
|
>
|
10,870,000
|
s/d
|
11,740,000
|
11,305,000
|
38
|
>
|
10,040,000
|
s/d
|
10,870,000
|
10,455,000
|
39
|
>
|
9,250,000
|
s/d
|
10,040,000
|
9,645,000
|
40
|
>
|
8,500,000
|
s/d
|
9,250,000
|
8,875,000
|
41
|
>
|
7,790,000
|
s/d
|
8,500,000
|
8,145,000
|
42
|
>
|
7,120,000
|
s/d
|
7,790,000
|
7,455,000
|
43
|
>
|
6,490,000
|
s/d
|
7,120,000
|
6,805,000
|
44
|
>
|
5,900,000
|
s/d
|
6,490,000
|
6,195,000
|
45
|
>
|
5,350,000
|
s/d
|
5,900,000
|
5,625,000
|
46
|
>
|
4,840,000
|
s/d
|
5,350,000
|
5,095,000
|
47
|
>
|
4,370,000
|
s/d
|
4,840,000
|
4,605,000
|
48
|
>
|
3,940,000
|
s/d
|
4,370,000
|
4,155,000
|
49
|
>
|
3,550,000
|
s/d
|
3,940,000
|
3,745,000
|
50
|
>
|
3,200,000
|
s/d
|
3,550,000
|
3,375,000
|
Klas
Penggolongan
|
Nilai Jual
Bangunan ( Rp/M2 )
|
Nilai
Jual
(Rp/M2)
|
|||
1
|
>
|
1,034,000
|
s/d
|
1,366,000
|
1,200,000
|
2
|
>
|
902,000
|
s/d
|
1,034,000
|
968,000
|
3
|
>
|
744,000
|
s/d
|
902,000
|
823,000
|
4
|
>
|
656,000
|
s/d
|
744,000
|
700,000
|
5
|
>
|
534,000
|
s/d
|
656,000
|
595,000
|
6
|
>
|
476,000
|
s/d
|
534,000
|
505,000
|
7
|
>
|
382,000
|
s/d
|
476,000
|
429,000
|
8
|
>
|
348,000
|
s/d
|
382,000
|
365,000
|
9
|
>
|
272,000
|
s/d
|
348,000
|
310,000
|
10
|
>
|
256,000
|
s/d
|
272,000
|
264,000
|
11
|
>
|
194,000
|
s/d
|
264,000
|
225,000
|
12
|
>
|
188,000
|
s/d
|
194,000
|
191,000
|
13
|
>
|
136,000
|
s/d
|
188,000
|
162,000
|
14
|
>
|
128,000
|
s/d
|
136,000
|
132,000
|
15
|
>
|
104,000
|
s/d
|
128,000
|
116,000
|
16
|
>
|
92,000
|
s/d
|
104,000
|
98,000
|
17
|
>
|
74,000
|
s/d
|
92,000
|
83,000
|
18
|
>
|
68,000
|
s/d
|
74,000
|
71,000
|
19
|
>
|
52,000
|
s/d
|
68,000
|
60,000
|
20
|
>
|
52,000
|
|
|
50,000
|
Klas
Penggolongan
|
Nilai Jual Bangunan (Rp/M2)
|
Nilai
Jual
(Rp/M2)
|
|||
1
|
>
|
14,700,000
|
s/d
|
15,800,000
|
15,250,000
|
2
|
>
|
13,600,000
|
s/d
|
14,700,000
|
14,150,000
|
3
|
>
|
12,550,000
|
s/d
|
13,600,000
|
13,075,000
|
4
|
>
|
11,550,000
|
s/d
|
12,550,000
|
12,050,000
|
5
|
>
|
10,600,000
|
s/d
|
11,550,000
|
11,075,000
|
6
|
>
|
9,700,000
|
s/d
|
10,600,000
|
10,150,000
|
7
|
>
|
8,850,000
|
s/d
|
9,700,000
|
9,275,000
|
8
|
>
|
8,050,000
|
s/d
|
8,850,000
|
8,450,000
|
9
|
>
|
7,300,000
|
s/d
|
8,050,000
|
7,675,000
|
10
|
>
|
6,600,000
|
s/d
|
7,300,000
|
6,950,000
|
11
|
>
|
5,850,000
|
s/d
|
6,600,000
|
6,225,000
|
12
|
>
|
5,150,000
|
s/d
|
5,850,000
|
5,500,000
|
13
|
>
|
4,500,000
|
s/d
|
5,150,000
|
4,825,000
|
14
|
>
|
3,900,000
|
s/d
|
4,500,000
|
4,200,000
|
15
|
>
|
3,350,000
|
s/d
|
3,900,000
|
3,625,000
|
16
|
>
|
2,850,000
|
s/d
|
3,350,000
|
3,100,000
|
17
|
>
|
2,400,000
|
s/d
|
2,850,000
|
2,625,000
|
18
|
>
|
2,000,000
|
s/d
|
2,400,000
|
2,200,000
|
19
|
>
|
1,666,000
|
s/d
|
2,000,000
|
1,833,000
|
20
|
>
|
1,366,000
|
s/d
|
1,666,000
|
1,516,000
|
Contoh penerapan Klasifikasi Bumi dan/atau Bangunan Dalam Penghitungan PBB:
Misalnya ada objek perumahan:
- Luas Bumi 1.000 m2 dengan nilai Jual Rp. 840.000,00/m2
Nilai Jual tanah tersebut termasuk kelas A 17 dengan nilai jual Rp. 802.000,- /m2
- Luas Bangunan 400 m2 dengan nilai jual Rp. 1,000.000,00/m2.
Nilai jual bangunan tersebut termasuk kelas A 2 dengan nilai jual Rp. 968.000,- /m2
Jawab:
Penghitungan PBB-nya:
- Jumlah NJOP bumi (1,000 x Rp 802.000,-) = Rp. 802.000.000,-
- Jumlah NJOP Bangunan 400 x Rp 968.000,-= Rp. 387.200.000,-
- NJOP sebagai dasar pengenaan = Rp. 1.189.200.000,-
- NJOPTKP = Rp. 12.000.000,-
- NJOP untuk penghitungan PBB = Rp. 1.177.200.000,-
- NJKP (40% x Rp. 1.177.200.00,-) = Rp. 470.880.000,-
Jadi PBB yang terutang = 0,5% X Rp 470.880.000,-
= Rp. 2.354.400,-
Wajib Pajak akan mencatat:
Biaya Pajak Bumi & Bangunan 2,354,400
Kas 2,354,400
(Mencatat pengeluaran untuk pajak bumi dan bangunan)
G. Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
Berikut ini adalah besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1. Objek pajak perkebunan adalah 40%
2. Objek pajak kehutanan adalah 40%
3. Objek pajak pertambangan adalah 40%
4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):
- apabila NJOP-nya > Rp. l.000.000.000,00 adalah 40%
- apabila NJOP-nya < Rp. l.000.000.000,00 adalah 20%
Contoh:
1. Seorang Wajib Pajak hanya mepunyai Objek Pajak berupa berupa bumi dengan nilai sebagai berikut:
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 3.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00
Karena Nilai Jual Objek Pajak berada di bawah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, maka Objek Pajak tersebut tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Seorang Wajib Pajak mempunyai dua Objek Pajak berupa bumi dan bangunan masing-masing di Desa A dan di Desa B dengan nilai sebagai berikut :
a. Desa A
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 8.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 5.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untukPenghitungan Pajak :
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 8.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 5.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar
pengenaan pajak Rp13.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 8.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak untuk
Penghitungan Pajak Rp 5.000.000,00
b. Desa B
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 5.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 3.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untukPenghitungan Pajak:
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 5.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 3.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak sebagaidasar
pengenaan pajak Rp 8.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 0,00
- Nilai Jual Objek Pajak untuk
Penghitungan Pajak Rp 8.000.000,00
Untuk Objek Pajak di Desa B,tidak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah), karena Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajaktelah diberikan untuk Objek Pajak yang berada di Desa A.
3. Seorang Wajib Pajak mempunyai dua Objek Pajak berupabumi dan bangunan pada satu Desa C dengan nilai sebagai berikut :
a. Objek I
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 4.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 2.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untukPenghitungan Pajak:
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 4.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 2.000.000,00
(+)
- Nilai Jual Objek Pajak sebagaidasar
pengenaan pajak Rp 6.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 8.000.000,00
Karena Nilai Jual Objek Pajak berada di bawah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, maka Objek Pajak tersebut tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Objek II
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 4.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak Rp 1.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untukPenghitungan Pajak:
- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 4.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 1.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar
pengenaan pajak Rp 5.000.000,00
- Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 0,00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar